Dilematis Perkembangan Industrialisasi dan Pendidikan di Cirebon
Globalisasi
tampaknya pada beberapa waktu terakhir menunjukan perkembangan yang begitu
pesat disegala bidang khususnya ekonmi, hal tersebut terbukti dengan banyaknya
perusahaan multi nasional hingga transaksi niaga mikro yang mencakup hingga
tingkat multi nasional, hal tersebut di permudah dengan inovasi teknologi dan
modrnisasi, salhsatunya adalah menjamurnya web penyedia lapak barang dan jasa,
yang memungkinkan individu secara bebas untuk mengakses pasar, salahsatunya
misalnya saja OLX.com, bukalapak.com dan seterusnya, yang memungkinkan
terdorongnya industrialisasi khususnya berkembangnya perekonomian mikro di
negara berkembang yang pada mulanya banyak di kuasai atau di dominasi oleh
seglintir pengusaha. Tercatat bahwa pada tahun 2016 pendapatan Matahari
Dpartemen store mnurun drastic dengan munculnya trend blanja online di
Instagram.
Perkembangan
globalisasi dan kapitalisme dunia tampaknya tidak luput memberi damak besar
bagi negara-negara berkembang seperti di Indonesia, khususnya dalam bidang ekonmi, pengaruh
globalisasi di Indonesia dibuktiken dengan pesatnya perkembangan industri itu
sendiri selain dari itu pengaruh lain yang bisa kita rasakan diantaranya adalah
dalam bidang ketenaga kerjaan dimana pada saat ini banyak di temui perusahaan
yang melayani jasa tenaga kerja lintas negara untuk bekerja pada sektor
industri. Hal tersebut di dukung dengan kebijakan-kebijakan yang keluarkan
pemerintah dengan tujuan mengembangkan industri di tanah air dan penyediaan
lapangan kerja, mengingat bahwa pada Undang – undang no 15 tahun 2003 khususnya
tentang sistem Pendidikan nasional mengatakan bahwa “sistem Pendidikan
nasional, merupakan Pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik
bekerja pada bidang tertentu”
Perekmbangan
situasi ekonomi dan kebijakan tersebut tentunya akan berdampak besar bagi
setiap kota dan kabupaten di Indonesia, salahsatunya adalah di Kabupaten
Cirebon, dimana perkembangan industry pada saat ini mengalami kemajuan yang
pesat mulai dari berkembangnya UMKM hingga perkembangan perseroan terbatas yang
membuat luasnya lapangan pekerjaan yang tersedia di Cirebon khususnya untuk
buruh dan pengrajin rotan, maraknya lapangan pekerjaan tersebut tentu saja
membawa dampak positif bagi perekonomian rakyat, akan tetapi hal tersebut di
sisi lain membawa pengaruh negatif pada keberlangsungan Pendidikan di kabupaten
Cirebon, dimana pada umumnya masyarakat menjadi enggan untuk meneruskan
Pendidikan ketika telah sampai pada usia sekolah menengah hingga jenjang SMA.
Hal tersebut banyak terjadi dipedesaan dimana paradigm Pendidikan masih
dianggap sebagai upaya untuk memperoleh pekerjaan bagi peserta didik. Sedangkat
pada masyarakat Cirebon yang lebih modrn Pendidikan banyak terhenti pada
jenjang menengah Kejuruan, dan masih minimnya yang melanjutkan Pendidikan
hingga jenjang perguruan tinggi. Hal ini menyebabkan meledaknya jumlah pencari
kerja dan pada akhirnya tidak berkembang sejalan dengan perkembangan industry
itu sendiri, meskipun demikian hal tersebut tidak merubah persepsi masyarakat
tentang Pendidikan itu sendiri.
Turunnya
minat partisipasi sekolah ini banyak terlihat di daerah – daerah yang di
sekitarnya terdapat pabrik-pabrik yang menampung angkatan kerja dengan ijazah
rendah seperti SD dan SMP sebagai buruh kerja kasar, hal tersebut dikarenakan
jenis pekerjaan yang tersedia pada umumnya merupakan jenis pekerjaan kerajinan
ataupunindustri pangan yang di kelola oleh UMKM dimana mayoritas pekerjanya
adalah perempuan.
Industri di Kabupaten Cirebon dan turunnya minat partisipasi sekolah.
Perkembangan
industrialisasi dan perekonomian Kabuapten Cirebon sebenarnya tidak lepas dari
peran penting dari letaknya yang cukup strategis, dimana kabupaten ini terletak
di perbatasan antara jawa tengah dan jawa barat, selai dari itu Cirebon
merupakan wilayah yang memilikiakses jalan yang cukup baik sehinga menarik para
pengusaha untuk mendirikan pabrik di kabupaten Cirebon.
Disamping
itu faktor lain yang mempengarui pesatnya perkembangan industry di kabupaten
Cirebon antara lain adalah, banyaknya tersedia sumberdaya manusia dan murahnya
upah tenaga kerja, untuk Kabupaten yang memiliki banyak pabrik dan perkmbangan
industry yang pesat upah minimum Kab.Cirebon masih tergolong rendah, yaitu
masih berkisar di angka 1 juta-an. Hal tesebut mendorong maraknya pendirian
industry baru dan memcu berkembangnya UMKM, industry ini biasanya merupakan
industri kerajinan seperti rotan, batik, kerajinan kerang dan sebaginya,
sedangkan UMKM biasanya banyak memproduksi makanan ringan dan jajanan pasar
dengan upah kariawan yang biasanya malah lebih rendah.
Pada
umumnya, industri menengh dibidang kerajinan dan pangan lebih tertarik untuk
mempekerjakan perempuan daripada laki-laki, hal tersebut terjadi akibat buruh
perempuan dapat di upah dengan lebih rendah dan pada umumnya memiliki ijazah
yang lebih rendah darpada laki-laki, akibatnya peremuan tidak memiliki posisi
tawar dalam sistem kerja dan upah. Akan tetapi kondisi tersebut tidak banyak
berpengaruh pada pola pikir buruh perempuan pada umumnya, sehingga persepsi
tentang sekolah dan lapangan kerja masih dalam keragka pikir yang sama dari
dulu hinga saat ini dimana sekolah hanya dianggap sebagai upaya memperoleh
pekerjaan, sehingga apabila pekerjaan itu dapat dengan mudah di peroleh maka
kemudian sekolah menjadi bagian yang tidak di prioritaskan dalam masyarakat.
Hal
itu terbukti dengan rendahnya minat masyarakat Cirebon untuk melanjutkan
sekolah hingga jenjang perguruan tinggi, bahakan dalam beberapa situasi
perempuan yang sedang menempuh Pendidikan tinggi cenderung mengalami gunjingan
dari masyarakat Karena dianggap hanya membuang waktu, sedangkan pekerjaan untuk
perempuan tersedia luas bahkan untuk lulusan sekolah dasar sebagi buruh pabrik
rotan atau pangan di UMKM, sedangkan untuk laki-laki kejadian tersebut tidak
terlalu terasa namun di bebani dengan situasi soaial yang pada umumnya
memandang sebelah mata Pendidikan tinggi sebagai pencetak pengangguran Karena
tidak mau bekerja di pabrik, ataupun apabila bekerja akan tetap dibicarakan
jika dirasa tidak sesuai dengan bidang Pendidikan dan tidak menjadi PNS ,
ironisnya pemikiran tersebut masih banyak di pertahankan oleh masyarakat
Cirebon. Padahal tujuan dari Pendidikan tinggi itu sendiri selain untuk
menciptakan SDM yang berkualitas, diharapkan dapat merubah pola pikir dan
menciptakan generasi pengusaha yang tidak bergantung pada lapangan pekerjaan.
Selai
daripada itu turunnya minat partisiasi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi
adalah banyaknya menjamur SMK di Cirebon yang oleh masyarakat dapat menjadi
alternative untuk kecepatan memperoleh pekerjaan tanpa harus melanjutkan
Pendidikan ke perguruan tinggi. Hal ini sebenernya tidak sepenuhnya negative
Karena pada dasarnya keberadaan smk telah membantu para pencari kerja dan menambah
motivasi masyrakat untuk melanjutkan pendidikannya dari jenjang Menengah
pertama ke menengah atas untuk memperoleh upah standar minimum, Karena pada
umumnya lulusan SD dan SMP akan di bayar lebih rendah dibandingkan lulusan SMA.
Sejatinya
perkembangan industry di kabupaten Cirebon membawa dampak positif bagi
perekonoian masyarakat , akantetapi hal tersebut ternyata juga membawa dampak
yang buruk apabila tidak di maknai dengan baik, yaitu salahsatunya adalah
menurunnya minat masyarakat untuk melanjutkan sekolah ke jenjang perguruan
tinggi, akibat dari pemahaman masyarakat tradisional yang masih memandang
Pendidikan sebagai cara yang dilakukan untuk mendapatn peerjaan, sehingga
apabila kebutuhan akan pekerjaan itu terpenuhi, maka kebutuhan akan Pendidikan
menjadi kebutuhan yang tidak penting, kondisi tersebebut di perparah dengan
budaya bias gender di lingkungan masyarakat yang menyebabkan sistem upah rendah
dan tertutupnya akses Pendidikan untuk perempuan.
Perkembangan industry yang pesat
khususnya di kabuaten Cirebon merupakan suatu fenomena sosial yang berdampak
positif dan negative di masyarakat, secara kasat mata perkembangan
industrialisasi ini menyebabkan peningkatan kesejahteraan masyarakat lapisan
bawah yang sebelumnya tidak mendapat akses lapangan pekerjaan, akan tetapi hal
tersebut juga lambat taun telah merubah persepsi masyarakat tentang urgensi
Pendidikan di tengah industrialisasi. Masyaraka tradisional pada umumnya
menganggap bahwa Pendidikan merupakan kebutuhan untuk mencukupi persyaratan
kerja, akantetapi pada kenyataannya kebutuhan akan buruh kerajinan di Cirebon
yang tidak memperdulikan jenjang Pendidikan pada akhirnya membuat Pendidikan
itu sendiri menjadi tidak begitu di perdulikan.
Selain itu permasalahan lain yang timbul akibat
industrialisasi ini diantaranya adalah munculnya fnomena perempuan dan upah
rendah dimana biasanya dalam masyarakat industry di Cirebon buruh perempuan
akan di bayar dengan ebih rendah di bandingkan denga laki-laki.
Daftar
pusaka:
Khaerudin. 2013. Pengaruh minat
peserta didikuntuk melanjutkan ke perguruan tinggi terhadap prestasi belajar
pada mata pelajaran produktif. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung diakses dari repository.opi.edu pada 5/07/2017
Putri kurnis.2014. perkembangan
perindustrian di Indonesia dari tahun ke tahun.. diakses dari
hhtp;//kurniaputri1821.wordpress.com pada 2/07/2017
0 Response to "Dilematis Perkembangan Industrialisasi dan Pendidikan di Cirebon"
Post a Comment