Tawurji, Tradisi Anak-anak Cirebon pada Malam rabu Wekasan
(anak-anak sedang membawa obor dan berkeliling komplek) |
Salahsatu bentuk
kebudayaan adalah tradisi. Tradisi sendiri berarti sesuatu prosesi ritual atau
aktifitas, tata acara dan kelakuan terhadap sesuatu atau di waktu tertentu pada
suatu daerah, salahsatu bentuk budaya dapat bersifat local maupun universal,
dengan berkembangnya globalisasi banyak diantara kebudayaan barat dan eropa
yang mulai mendunia bahkan diantaranya banyak di adopsi oleh masyarakat di luar
eropa, salahsatunya adalah budaya malam “hellowin”, padahal apabila kita sadari,
di Indonesia sendiri telah kaya akan kebudayaan dan tradisi yang layak untuk di
lestarikan, salahsatunya adalah tradisi tawurji di Cirebon.
Apa itu Tawurji ? :
Tradisi Tawurji
itu sendiri berasal dari dua suku kata yaitu “tawur dan ji” tawur dapat di
maknai sebagi melemparkan sesuatu, sedangkan ji berasal dari kata Haji / kaji (sebutan
lain untuk orang yang telah menunaikan ibadah haji di Cirebon) Tawurji sendiri
merupakan tradisi unik dimana pada malam rabu wekasan atau malam rabu terakhir
bulan sapar dalam kalender hijriah, anak -anak kecil akan berkeliling kampung
atau kompleks pada waktu selepas sholat magrib, hingga adzan isya dengan
menggunakan peci dan sarung dan membawa obor, namun di beberapa wilayah lain di
Cirebon adat berkeliling tersebut sering di lakukan di waktu lain namun tetap
di hari rabu wekasan. Dan tidak menggunakan obor. Biasanya sambal berkliling
kampung anak-anak tersebut akan berdiri di depan rumah dan akan menyanyikan
tembang tawurji yang berbunyi “wur-tawur ji tawur, selamat dawa umur” dalam Bahasa
Indonesia tembang tersebut kurang lebih memiliki makna “lemparkan ji (haji)
lemparkan , selamapt Panjang umur”, lemparkan di sini yang di maksud adalah
memberikan uang kecil atau permen atau apapun dalam bentuk sedekah, (sawer)
akan tetapi pada umumnya dengan memberi uang recehan pada anak-anak. Tradisi ini
mirip dengan malam hallowin di eropa namun di praktikan dengan cara yang
berbeda dan memiliki keorisinilan tersendiri.
Asal Usul Tradisi Tawurji :
Tidak ada literature
yang jelas terkait asal mula tradisi ini karena memang telah berlangsung secara
turun temurun. Namun dari beberapa sumber yang di rangkum secara bebas baik itu
lisan mapun tulisan terdapat beberapa asumsi atas terbentuknya tradisi
tersebut.
·
Pertama : Rabu Wekasan dan tolak bala :
Dalam kepercayaan
nusantara dan juga banyak di percaya oleh kalangan Masyarakat yg bergama muslim
bahwa dalam bulan safar terdapat banyak kemalangan yang akan di turunkan oleh Allal
SWT, seperti apa yang di tulis dari beberapa web di internet dan tertulis dalam
kitab -kitab mengatakan bahwa pada bulan safar allah menurunkan lebih dari 3000
bala dalam satu malam di muka bumi, maka untuk mencgah bala tersebut di
anjurkan untuk shalat hajat tolak bala atau sholat mutlah di lanjutkan dengan
membaca doa dan memperbanyak sedekah, oleh karena itu tradisi tawurji merupakan
salahsatu bentuk bersedekah dan dibalas dengan doa anak-anak fakir dan anak
yatim, dengan ucapan Tawur JI (kaji) tawur, “Selamat dawa umur “ ungkapan ji,
di ucapkan sebagai bentuk penghormatan, karna pada masyarakat yang masih
bersifat tradisional gelar haji merupakan symbol kemapanan status sosial dan
ekonomi, dan bagi para masyarakat yang belum menjadi haji penyebutan tersebut
di harapkan dapat menjadi doa agar segera menunaikan Haji. Sedangkan kata
selamat dawa umur menjadi poin penting dalam doa tersebut karena mendoakan agar
terhindar dari bala dan mendapatkan umur yang Panjang.
·
Kedua : Tawurji merupakan tradisi yang di
perintahkan Wali songo
Cirebon merupakan
kota yang menjadi tempat salahsatu wali songo menyebarkan agama islam hal
tersebut tentu saja memengaruhi banyak aspek sosial budaya di masyarakat. Tradisi
tawurji di duga sangat berkaitan dengan kematian Syekh Siti Jenar, yang di
ceritakan harus di eksekusi mati oleh para wali lainnya karna ajarannya yang di
khawatirkan dapat menyesatkan para muridnya. Berdasarkan hukuman mati tersebut
akhirnya banyak dari anak asuh syekh siti jenar menjadi terlantar. Menurut beberapa
sumber anak asuhnya berjumlah 40 orang, dan untuk mencegah anak- anak tersebut
kelaparan, maka para wali menyuruh setiap rabu wekasan untuk memberikan uang
kepada anak- anak tersebut sebagai sedekah, hal tersebut pula di duga melatari
orang Cirebon untuk membuat kue Apem untuk di bagi- bagikan dan kirab atau
ritual mandi di sungai.
Tawurji di Kraton cirebbon |
#meninjau ulang bahwa terdapat
bala yang di turunkan di bulan sapar khususnya pada hari rabu wekasan, sebaiknya
kita pelajari hal tersebut secara lebih dalam dan hendaknya harus kita yakini
bahwa semua bulan adalah sama yang memiliki unsur positif dan negative, yang
perlu di lakuan adalah tetap ikhtiar dan menjalani semuanya dengan sebaik
mungkin. terimakasih
0 Response to "Tawurji, Tradisi Anak-anak Cirebon pada Malam rabu Wekasan"
Post a Comment