-->

Memahami Sudutpandang HTI Terhadap Komunisme dan Liberalisme


Tawaran Dari radikalisme : Jalan Tengah Diantara Pergulatan 2 Idiologi Global
(Analisis Gerakan Islam Transnasional Dalam Penolakan pergulatan Idiologi Liberal VS Komunisme)


#sebelumnya harus kita pahami makna radikalisme di sini bukan merujuk pada hal yang negatif, radikalisme yang saya maksud di sini radikalisme politik . untuk memahami istilah radikalisme itu sendiri silahkan untuk mempelajarinya lebih lanjut, baik melalui kamus ataupun artikel lainnya.

Konsep Glopbalisasi sejatinya dapat diartikan secara sederhana sebagai suatu proses hilangnya batasan batasan spasial secara tersirat. Dan menjadikan dunia dalam suatu ruang yang di sebut globalisasi. Sedangkan lebih jauh menurut Ritzer dalam bahasannya tentang globalisasi mengatakan bahwa : “Globalisasi adalah proses penyebaran praktek relasi, kesadaran, dan organisasi di seluruh penjuru dunia” (George Ritzer :2012)[1]. Dalam hal ini Ritzer memandang globalisasi sebagai suatu proses penyebaran yang memungkinkan suatu dominasi tertentu yang memenangkan proses penyebaran itu sendiri, biasanya diartikan oleh masyarakat umum sebagai persebaran nilai-nilai barat yang semakin menguasai timur. Akan tetapi sebenarnya globalisasi itu sendiri menurut Gidens adalah sebuah proses dua arah dengan Amerika dan Barat juga menjadi sangat terpengaruh olehnya terutama karena perkembangan dan tekanan dari wilayah di luar negara Eropa misalnya Tiongkok, dan India, (Gidens dalam Ritzer : 2012) . Dengan demikian dapat diartikan bahwa globalisasi bukan hanya sekedar persebaran suatu paham tertentu dari suatu masyarakat tertetu menuju masyarakat lainnya dalam skala global melainkan proses saling memengaruhi dan memungkinkan untuk memunculkan suatu trend global yang baru. Sebuah proses intgrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek kebudayaan lainnya
Istilah globalisasi semakin popular sejak tahun 1980 akan tetapi apabila kita telusuri tentang konsep globlisasi itu sendiri telah terjadi sejak ribuan tahun yang lalu dimana telah banyak meningalkan bukti- bukti persebaran suatu budaya yang dapat terlhat hingga saat ini. Misalnya saja jalur sutra yang menghubungkan Asia dan eropa. Lebih jauh lagi globalisai telah di mulai sejak di mulainya ekspedisi pelayaran untuk mengetahui dunia luar eropa.dan di lanjutkan dengan ekpansi negara- negara eropa untuk melakukan eksploitasi di luar negara mereka sebelum perang dunia 2.  Globalisasi sendiri sangat berkaitan erat dengan perkembangan teknologi dan modernisasis dimana dalam hal ini peran teknologi membantu perkembangan globalisasi dan modrnisasi untuk berkemang hingga saat ini, teknologi, globalisasi dan modernisasi adalah tiga komponen yang tidak bias di lepaskan dalam perkembangan globalisasi itu sendiri. Tidak bias di pungkiri bahwa teknologi membantu globalisasi untuk berkembang dengan efektif dan di sisi lain menyebarkan suatu gejala yang di sebut medernisasi dengan penanda globalisasi itu sendiri.
Dalam pekembangannya teknologi memerankan peranan yang begitu besar untuk tumbuh kembang globalisasi hingga saat ini, misalnya saja dengan di temukannya berbagai teknologi yang mempermudah proses suatu komunikasi yang di pisahkan oleh jangkauan sepasial. Teknologi telah memainkan perannya dalam upaya menciptakan suatu penyatuan seluruh penduduk dunia menjadi satu masyarakat dunia yang tunggal (Martin Albrow 2004). Teknologi juga berperan penting dalam peroses perkembangan media dan pendidikan sebagai suatu sarana persebaran informasi dan pengetahuan yang memungkinkan untuk suatu konsumsi idiologi dan pemahaman tertentu, terutama dalam menciptakan suatu konstruksi pemikiran, dalam konteks tersebut media berperan penting terhadap apa yang di bawa oleh isu globalisasi itu sendiri. Meskipun dalam Tesis Mcdonalisasi dunia, Ritzer berpandangan bahwa Globalisasi adalah suatu persebaran Kekosongan dianalogikan dengan berkembangnay sebuah restoran Friences yang menjual makanan cepat saji. Akantetapi ia memandang serius globalisasi sebagai suatu konsep Elective affinity[2]. (sebuah konsep yang di pinjam dari Max weber. Terkait hubungan timbal balik antara dua sebab yang saling memengaruhi) yang mencerminkan semangat imperialism negara,, perusahaan dan sejenisnya dengan perwujuadan glokalisasi. Dengan artian lain globalisasi di terima oleh banyak negara sebagai sebuah proses pertukaran dimana globalisasi itu berwujud kotak kososng dan akan di isi dengan glokalisasi dan kemudian di sebarkan kembali.
Globalisasi dalam beberapa keadaan tidak selalu di terima oleh semua situasi, bahkan beberapa melakukan penolakan atas perkembangan globalisasi itu sendiri dengan berbagai cara salahsatunta adalah gerakan fundamentalisme. Akantetapi beberapa ahli justru berpendapat bahwa munculnya fundamentalisme itu sendiri merupakan sebuah hasil dari globalisasi . fundamentalisme ini berkembang dalam berbagai bentuk, misalnya saja budaya. Dengan Glokalisasi. Fundamentalisme agama, politik dan ekonomi. Namun dalam perkembangannya yang banyak menjadi sortan para sosiolog adalah munculnya fundamentalisme agama. Yang dalam beberapa sisi menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk di kaji lebih mendalam terutama dengan transformasi gerakan fundamentalis yang telah menjadi sebuah gerakan trans nasional.
Dalam kajian sosiologi sendiri. Gerakan fundamentalis trans nasional dianggap sebagai sebuah fenomena yang perlu di kaji secara mendalam khususnya untuk para sosiolog di Indonesia, mengingat belakangan ini telah banyak bermunculan fenomena sosial berskala nasional yang beraitan dengan gerakan fundamentalalis agam trans nasional. Dalam hal ini adalah gerakan trans nasional di agama islam. Munculnya gerakan transnasional islam ini tidak lepas semangat untuk melawan kekuatan globaliasi barat yang diangap membawa efek negative khususnya dalam norma agama dan moralitas.
 Beberapa gerakan trans nasional yang cukup popular di indoesia adalah diantaranya adalah yang pertama Ikhwanul muslimin pada tahun 1980 an, di muali dari gerakan kampus dan kemudian berkembang hingga membentuk partai PKS sampai saat ini. Yang kedua adalah Salafi dakwah, gerakan ini muncul pada tahun 1980 yang terbentuk dari alumni LIPIA, organisasi ini bercorak wahabi dan bertujuan untuk membendung gerakan transnasional ikhwanul muslimin, mereka mengembangkan diri berbasis pesantren dan pada umumnya bertabrakan langsung dengan konstituen NU. Yang ketiga adalah gerakan jamaah tablig Indonesia. Gerakan ini merupakan gerakan yang memiliki perkmbangan yang cukup pesat. Dengan jamaah pengikut terbanyak di seluruh dunia, umumnya terdiri dari berbagai propesi, dari artis hingga mantan preman. organisasi ini banyak di minati karena tidak mempermasalhkan latar belakang anggotanya, banyak pengamat yang berpendapat bahwa gerakan ini akan menjadi gerakan islam trans nasional terbesar di dunia karena perkembangannya yang sangat pesat hingga saat ini. Dan yang terakhir adalah gerakan yang sekaligus akan menjadi pokok bahasan penulis yaitu gerakan trans nasional Hizbuttahrir Indonesia. Atau HTI.
  Hizbutahrir Indonesia atau sering di singkat sebagai HTI. Gerakan ini lebih bersifat agresif/ radikal secara politik karena mengusung suatu paham politik berlandaskan khilafah. Suatu system politik yang sempat mewarnai pemerintahan Islam paska wafatnya Rasulullah dan kemudian tumbang karna perpecahan di kubu Islam itu sendiri. Gerakan ini di awali dengan aktifitas yang terdapat di masjid-masjid kampus khususnya masjid Al- Ghifari, IPB bogor. Kemudian tersebar di seluruh Indonesia, yang juga memiliki mantel organisasi mahasiswa bernama Gema Pembebasan. Secara politik HTI memproklimirkan diri pada tahun 2002 dengan diadakannya konfrnsi internasional soal Khilafah Islamiyah yang diadakan di Istora senayan pada saat itu. Namu HTI menolak tergabung dalam system politik yang di akui di Indonesia sebagai bentuk baku dari Hizbuttahrir internasional.
HTI secara jelas telah menjadi gerakan fundamentalis agama yang menolak globalisasi barat dengan menawarkan sebuah system politik baru khususnya di Indonesia sebagai negara yang mengukuhkan diri untuk menjadi non-blok menghadapi pergulatan 2 idiologi besar dunia yaitu Komunisme dan liberalism. Dalam perkembangannya gerakan trans nasional ini banyak mengalami penolakan di berbagai negara. Salah satunya adalah Indonesia karena gerakan ini yang dianggap terlalu kaku bahkan sering di sebut sebagi gerakan fanatik oleh masyarakat Indonesia dan jelas tidak sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia yang ulti kulturalg. Namun tidak bias di pungkiri bahwa gerakan ini sedikit banyak telah berpengaruh pada isu-isu politik nasional dan melatari banyak pristiwa politik yang berkaitan dengan isu keagamaan, salahsatunya adalah pilkada Jakarta beberapa waktu lalu.  Gerakan ini cukup progresif dan aktif dalam kegiatannya memepengaruhi pola piker masyarakat tentang system politik di Indonesia salahsatunya adalah dengan cara pembuatan bulletin jumat yang di edarkan di banyak masjid di Indonesia.
Sebenarnya penolakan terhadap globalisasi khususnya yang di bawa oleh modernisme barat telah serempak di tolak oleh hampir semua gerakan fundamentalisme agama, bahkan dari kubu selain agama islam itu sendiri. Tapi di satu sisi gerakan fundamentalisme itu sendiri memang terlahir akibat dari perkembangan globalisasi yang tidak terkendali, oleh karena itu gerakan fundamentalis transnasional ibarat anak yang akan mempersoalkan kehadiran orangtuanya sendiri. Penulis secara sepihak memilih HTI sebagai bahan analisis utama penolakan dominasi Barat dalam globalisasi karena beberapa pertimbangan. Diantaranya dalah gerakan ini merupakan gerakan yang secara terang-terangan menolak semua system pemerintahan kecuali yang berlandaskan hokum islam (menurut fersi pemahaman mereka). Yang kedua gerakan ini merupakan gerakan berbasis politik yang menyussup di banyak negara terasuk Indonesia, namun tidak melakukan aksi kontak fisik yang menyebabkan banyak kerugian seperti terror dan sejenisnya,  yang ketiga adalah gerakan ini merupakan gerakan yang aktif progresif melakukan kampanye dan sosialisasi. Gerakan ini juga banyak menjadi actor dalam pristiwa politik besar baru-baru ini di indoesia.sehingga penulis menjadi tertari untuk mengkaji lebih dalam bagaimana gerakan ini melakukan propaganda politik kususunya komparasi idiologi diantara 2 idiologi dominan dan islam sebagai sesuatu yang di tawarkan oleh kelompok ini.
Sebelum  memesuki bahasan Islam sebagai jalan tengah diantara pergulatan idiologi global, terebih dahulu lebih baik apabila kita membahas menganai pergulatan idiologi global itu sendiri. Seperti apa yang kita ketahui, perang dingin antara amerika dan rusi telah lama terjadi dan dilatari oleh pergulatan idilogi, dimana dalam ini sovie (Rusia) menganut idiologi komunis sedangkan As dengan paham liberalismenya. Secar empiris komunisme di Indonesia pernah mendapat posisi yang bak di dunia politik Indonesia, namun karena suatu keadaan yang belakangan di duga memiliki banyak versi sebab komunisme di Indonesia runtuh dan sekaligus dimanfaatkan oleh pemerintah orde baru kala itu sehinga komunisme dianggap sebagai sesuatu yang di takuti oleh masyarakat awam hinga saat ini meskipun idiologi ini banyak menjelma dalam jiwa-jiwa pergerakan di Indonesia. Dampak dari peristiwa itu adalah Indonesia yang semakin condong kepada idiologi oposisi dari komunisme idtu sendiri yaitu liberalism.
Untuk memahami liberalism secara utuh kita harus memahami bahwa Liberalisme berdiri di atas argumentasi John Locke dan Hobbes, Locke dengan jelas menyatakan “gagasan kebebasan absolut menjadikan siapa saja untuk melakukan apapun yang disenanginya,”. Hobbes sendiri mendefinisikan kebebasan adalah “tiadanya rintangan eksternal untuk bergerak, dalam hal ini kebebasan itu seperti air dan sesuai kebutuhannya“.  Definisi hak alamiah manusia menurut Locke dan Hobbes menempatkan kedaulatan atas dirinya sendiri, setiap orang bebas untuk melakukan apa yang diinginkannnya. Di samping itu liberalism berkembang dengan pemaham dari Hayek yang mendasari diri pada ekonomi pasar bebas.
Hak setiap orang secara alamiah untuk hidup dan bebas, semua pemilik hak secara alamiah berhak mendapatkan perlindungan atas hak-hak yang ia miliki. hak alamiah tersebut mendapatkan tempat yang utama dalam rasionalisme, bahwa kemampuan berpikir secara rasional untuk mendapatkan haknya, memperjuangkan haknya dan mempertahankan hak-haknya. Pada hakikatnya semua manusia sama, walaupun seseorang itu dilahirkan dari keluarga miskin, keluarga kaya, di istana ataupun di gubuk. Kesadaran atas hak manusia itu merupakan hasil dari pencerahan manusia dalam memahami dirinya sendiri.liberalisme dari awal kemunculannya telah banyak mengalami perkembangan di tandai dengan munculnya liberalism kelasik hinggal Neoliberalisme, inti dari paham ini antara lain adalah menguatnya kebebasan individu, lepasnya intervensi negara, dan merupakan teori relasi antarnegara, pasar individu dan masyarakat dalam sistem perekonomian yang berlandaskan kapitalisme. Karena itu, paham neoliberalisme merupakan metamorfosis paham liberalisme klasik.
Dalam hal ini Hizbuttahrir memandang liberalism sebagai akar dari sekularisme yang melakukan pemisahan antara agama dan negara beralawanan dengan konsep negara yang di usung oleh organisasi ini, bagia mereka (HTI) liberalism menciptakan suatu kebebasan yang tidak terkendali seperti apa yang telah mereka kemukakan dalam situs web nya bahwa liberalism tidak di ciptakan dari akal, melainkan jalan tengah yang di putuskan oleh tokoh gereja dan cendekiwan untuk pada masa itu. Lebih lengkap kutipannya adalah sebagai berikut[3] :
“Setelah sosialisme, ideologi sekulerisme, neo liberalisme dan kapitalisme tidak dibangun atas dasar akal, tetapi dibangun berdasarkan jalan tengah antara tokoh-tokoh gereja dengan cendekiawan, setelah sebelumnya terjadi pergolakan dan perbedaan pendapat yang sengit dan berlangsung terus-menerus selama beberapa abad di antara mereka. Jalan tengah itu adalah memisahkan agama dari kehidupan, yakni mengakui keberadaan agama secara tidak langsung, tetapi dipisahkan dari kehidupan. Oleh karena itu, ideologi ini tidak dibangun atas dasar akal, tetapi dibangun atas dasar kompromi kedua belah pihak sebagai jalan tengah”. ( Umar Syarifudin :2016)
Dari pernyataan tersebut kita mengetahui bahwa hizbuttahrir menolak gagasan liberalism karena diangap memisahkan dir dari agama yang merupakan sumber dari nilai-nilai moral kebaikan. Memandang kapitalisme sebagai system yang kosong dari aspek rohaniah dan menjadi system yang rakus, dalam hal ini penulis merasa sepakat baha perkemabangan kapitalisme agaknya telah menyengsarakan kelompok mayoritas dan hanya menguntungkan sebelah pihak.
Tidak sampai di situ, HTI dalam banyak artikelnya telah mengutuk kapitalisme sebagai sebuah system yang bertanggung jawab atas ketimpangan ekonomi dunia, yang menyebabkan dominasi dunia oleh seglintir pihak dan pihak lain sebagai kaum yang di tindas, HTI juga mengganggap bahwa pemerindah dan elit politik tidak mampu untuk melakukan suatu perubahan terhadap system tersebut sehingga mereka bersihkeras untuk mengusung konsep politik kekhalifahan seperti pada masa kejayaan islam di masalalu.
Tidak berbeda dari pandangannya tentang liberalism kapitalis. HTI memandang marxsisme atau komunisme sebagai idiologi yang cacat di banyak sisi karena terlalu mematokan diri pada sapek materialism.
Komunisme itu sendiri merupakan idiologi yang di kembangkan oleh Karl Marx dan pengikutnya. Kususnya sebagai respon dari perkembangan kapitalimse industry pada saat itu, marx muda yang merasa peka terhadap keadaan sosial ekonomi kemudian mulai memunculkan tesis tentang masyarakat sosialisme.  Marx memandang bahwa imbas dari perkambangan kapitalisme menyebabkan terbaginya masyarakat menjadi dua kelas yaitu kelas borjuis dan kelas proletar. Kelas borjuis merupakan kelas para pemilik modal yang mempunyai sarana produksi dan kelas proletar yang merupakan kelas pekerja yang tidak memiliki alat produksi, dalam kacamata marxsisme kelas proletar seringkali mengalmi diskriminasi dan penindasan oleh kelas borjuis, baik itu secara sadar maupun tidak.
Tesis marxsisme sejatinya telah banyak merangsang perkembangan ilmu pengetahuan sosial salahsatunya adalah sosiologi, marxsisme adalah sebuah kerangka piker yang mengajari kepekaan terhadap realitas dan memiliki kedudukan yang pasti dalam memilih keberpihakan. Dalam hal ini marksisme hadir sebagai upaya prlawanan dominasi dan dan diskriminasi.
Namun HTI memandang komunisme sebagai sebuah idiologi yang kacau, berlandaskan pemikiran dekonstruktif dan serupa dengan liberalism kalangan hizbuttahrir memandang Komunisme sebagai suatu paham yang tidak di bangun dengan akal sehat melainkan terjebak dalam materialism. Dalam tulisannya Umar syarifudin[4] mengatakan :
Komunis merupakan yang tidak di landaskan akal dan merupakan ideologi kehancuran, yang bekerja hanya berlandaskan asas materi, hal tersebut merupakan jargon klasik, namun karena diformulasi dengan baik, terutama gerakan revolusi yang memiliki kaidah-kaidah dan sistem tertentu, komunis telah menjadi rezim sosial yang mengakar dalam diri manusia.(Umar syarifudin 2016)
Pandangan ini secara jelas dianggap keliru terutama oleh penulis karena akar pemikiran marxsisme merupakan materialism dialektis, sebuah cabang aliran filsafat yang jelas membutuhkan nalar sehat dan peraduan argumentasi yang panjang.
Hijbuttahrir dalam perspektifnya telah melihat dan menjadikan pergulatan idiologi sebagai sebuah kegagalan dan di jadikan sebagai sarana propaganda aktif untuk menarik minat masyarakat untuk tergabung dalam organisasi tersebut dengan cara menawarkan sebuah system baru yang di janjikan dapat merubah aspek sosial ekonomi secara lebih baik daripada kedua system yang mendominasi dunia. Mereka menawarkan islam gaya kelasik yang berlandaskan pada romantisme sejarah dengan upaya untuk mengusung kembali berdirinya kekhalifahan.
Systetem kekalifahan sendiri merupaka system yang di terapkan para sahabat pasca kematian Rasulullah. Sedangkan dalam masa hidupnya Rasulullah atau Muhammad tidak pernah menyebut system pemerintahannya adalah khilafah. System kekalifahan kemudian hancur karena perebutan kekuasaan politik dimana islma menjadi terbelah antara suni dan syiah.
Dalam kajian secara secara Sosiologis penetrasi Hizbuttahrir yang di lakukan di Indonesia dianggap bertentangan dengan nilai–nilai multikulturalisme. Meskipun Indonesia merupakan negara dengan mayoritas muslim, namun tidak bias di pungkiri bahwa keadaan watak masyarakat Indonesia lebih menyukai ketentraman dan kerukunan umat beragama. Meskipun sangat potensial untuk timbulnya konflik sara apabila terus di profokasi secara massif sepeti misalnya yang terjadi di ambon dan papua.
Kritik atas system yang di tawarkan HTI sendiri enurut penulis antara lain terlalu memaksakan sebuah perubahan sepihak, mengabaikan aspek multikulturalisme . hizbuttahrir sendiri belakanga banyak menuai penolakan bahkan dari kalangan ulama karena di nilai mengabaikan aspek akidah. Konsep HTI dinilai terjebak dalam romantisme sejarah dan rawan di susupi kepentinga, menyebabkan dominasi kekuasaan yang baru dan memunculkan stratifikasi yang mungkin berpotensial menimbulkan penindasan terhadap agama selain islam.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa perkembangan globalisasi membawa efek yang berakena ragam salahsatunya adalah persebaran idiologi dan organisasi yang mendatangkan konsep beragam pemikiran salahsatunya adalah gerakan islam Trans nasional Hizbuttahrir Indonesia.  Meskipun mereka hadir sebagai gerakan Fundamentalis yang menolak konsep Globalisasi, tidak dapat di sangkal bahwa mereka sendiri merupakan buah dari globalisasi dan mengusung konsep globalisasi politik berdasarkan agama islam, akan tetapi kehadirannya di Indonesia selain di sambut baik juga mendapat banyak penolakan karena corak gerakannya yang cenderung mengabaikan aspek kemajemukan dan masih di bayangi prasangka asing oleh masyarakat Indonesia, meskipun demikian kalangan HTI tetap gencar melakukan propaganda salahsatunya dengan berbagai tulisan bulletin jumat yang berisi komparasi system pemerintahan salahsatunya adalah tawarannya tentang system idiologi islam sebagai jalan tengah diantara kapitalisme dan komunisme.


















Daftar Pustaka
Miftah  Toha.  (2004).  Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ritzer,  George. (2011).  Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ritzer. George, (2012) Teori sosiologi kelasik sampai perkemangan terakhir. Di terjemahkan oleh saut pasaribu. Pustaka pelajar Yogyakarta.
Tibi. Bassam. (2005) etika politik islam.civil society, pluralism, dan konflik. Penerbit ICIP. Jakarta.
Ritzer. George. (2015) McDonalisasi masyarakat. Penerbit. Pustaka pelajar Jakarta.
Desy.anwar 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Penerbit Amelia. Surabaya.
Mulyana Rohmat. 2015. Radikalisme dan islam nusantara.pdf diakses dari https://www.kemenag.go.id/files/www/file//2016/08/14712344011544137894.pdf  pada 26 april 2017.
Noor.irfan .Jurnal. 2011. Islam trans nasional dan masa depan NKRI. Suatu filsafat politik. Diakses dari http://jurnal.iain-antasari.ac.id/index.php/ushuluddin/article/download/742/607 pada 26 april 2017
Syarifudin. Irfan 2016. The Clash Ideology : Islam vs Komunisme & Sekulerisme. Diakses dari http://hizbut-tahrir.or.id/ diakses pada 26 april 2017.
Anonym. 2014. Sejarah gerakan islam transnasional di Indonesia. Diakses dari www.kompasiana.com pada 28 april 2017.
Anonym. 2016. Membandingkan idiologi islam dengan komunisme dan kapitalisme. Diakses dari http://hizbut-tahrir.or.id/ pada 26 april 2017
Anonym. Sejarah Globalisasi. Diakses dari www. Wikipedia.co.id. pada 26 april 2017.




[1] George Rtzer. 2012 teori sosiologi dari sosiologi kelasik sampai perkembangan terakhir postmodern. Pustaka pelajar. Hal 978
[2]George Ritzer 2015. Mcdonalisasi masyarakat. Pustaka pelajar.
[3] Kutipan di ambil dari artikel yang di public melalui web resmi HTI (http://hizbut-tahrir.or.id/) yang di tulis Oleh: Umar Syarifudin (Lajnah Siyasiyah DPD Hizbut Tahrir Indonesia Kota Kediri). Bagi penulis secara subjektif pemikiran tersebut tidak memiliki dasar yang kuat untuk memahami liberalism.
[4] Umar syarifudin 2016. The class idiologi : islam Vs komunisme & sekularisme diakse dari http://hizbut-tahrir.or.id/.

0 Response to "Memahami Sudutpandang HTI Terhadap Komunisme dan Liberalisme"

Post a Comment

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2